Obrolan Warung Kopi : Harga Sebuah Kejujuran

Obrolan Warung Kopi : Harga Sebuah Kejujuran
Warung Kopi Lesehan
Banyak orang dengan begitu mudahnya mengabaikan akan betapa berharganya sebuah kejujuran. Karena begitu berharganya sebuah kejujuran sehingga tiada pantas kalau dinilai dengan nominal uang.

Suatu malam kami sedang ngobrol di rumah salah satu teman. Habis menyelesaikan masalah yang lumayan serius, otak kami terasa berat dan lelah.
Untuk menghalau lelahnya otak ini, kami sepakat untuk mencari warung kopi lesehan agar lebih asyik lagi ngobrolnya sekalian mencari makanan karena perit sudah pada keroncongan. Dengan sebuah mobil kami melaju menuju kota kecamatan untuk mencari warung yang masih buka. Alhamdulillah masih tersisa satu warung kopi yang masih buka dan masih ada menu makanan yang bisa kami pesan.

Biar ngobrolnya lebih asyik, kami sengaja menelepon beberapa teman yang rumahnya tidak terlalu jauh dari warung tersebut untuk diajak cangkrukan sambil berbagi cerita. Dari beberapa teman yang di hubungi, akhirnya ada satu yang bisa datang untuk ngopi bersama. Sebut saja namanya Pak Giant (ini bukan nama sebenarnya).  Sambil ngopi dan menunggu pesanan makanan, kami saling berbagi cerita dan salah satunya adalah masalah yang baru saja kami alami tentang salah satu temankita sebut saja Pak Alek namanya. Kebetulan Pak Giant juga ada hubungannya dengan masalah tersebut. Mendengar cerita kami, pak Giant hanya manggut-manggut dan geleng-geleng kepala. "Kok bisa begitu ya, gak sesuai dengan komitmen seperti dahulu." komentar pak Giant menanggapi cerita kami.

Pak Giant mencoba menghubungi Pak Alek via HP dengan alasan menanyakan janjinya beberapa bulan terakhir ini. Saat menelepon, pak alek sengaja mengeraskan volume hp-nya agar kami semua yang ada di situ mendengarnya. Tidak diduga Pak Alek yang jauh di dalam ponsel mengadu tentang masalah perselisihan dengan kami yang baru saja dialami. Dengan memutar balikkan fakta, pak Alek dengan penuh percaya diri menjelek-jelekkan kami. Pak Alek dengan sengaja memelintir kebenaran untuk mendapatkan pengakuan bahwa dirinyalah yang benar dan mendapatkan dukungan atas masalah yang terjadi.

Pak Giant yang sudah tahu dengan jelas akan duduk permasalahannya hanya senyum cengar-cengir sambil mencoba memancing mancing seakan-akan dia membenarkan semua ucapan pak Alek. Pak Alek semakin bersemangat untuk menjelekkan kami semua. Kami yang mendengarkan langsung di kata-katain pak Alek dan dilecehkan jadi menahan tawa yang terpingkal-pingkal agar tidak terdengar oleh Aleh yang berada di dalam HP. Bagaikan orang yang tidak pernah salah dan tidak punya dosa, Pak Alek terus nerocos untuk menjelaskan bahwa dirinyalah orang yang paling benar.

Pak Giant yang mengimbangi perkataan Alek hanya bisa geleng-geleng kepala tidak habis pikir. Tahun 2014 jaman wis podo modern, Kok masih ada orang yang model kayak begitu. Guoblok kok di pek dewe.
Setelah pembicaraan dirasa cukup, pak Giant pun memberi salam dan mengakhiri pembicaraannya dengan pak Alek. Tetapi pak Giant tidak serta merta mematikan obrolannya. Pak Alek yang mengira Pak Giant memutuskan hubungan telponnya, tidak menyadari kalau suara dia dan beberapa temannya masih terdengar jelas oleh Pak Giant termasuk kami.
Mendengar apa yang diobrolkan Pak Alek dan CSnya, kami semua semakin bertambah keras menahan tawa. Tanpa disadari Pak alek telah menunjukkan kuburukannya sendiri kepada kami semua.

Kami hanya bisa prihatin dan ngelus dada. Ternyata kami telah keliru memilih teman. Kami hanya bisa berkata "Inilah hidup dan kehidupan, Tidak akan terasa lengkap kalau tidak ada SENGKUNI di dalamnya"

Mungkin betul kata orang bijak, Kalau orang yang suka menjelekkan dan memfitnah orang lain itu tingkat IQ nya rendah. Anak kecil saja pasti bisa mengatakan kalau Pak Alek itu dalam posisi salah, namun tetap saja tidak mau disalahkan dan pengen dianggap kalau dia yang paling benar. Sudah jelas Mengingkari Amanah yang baik kok gak mau disalahkan. Kok kebacutmen goblok e. Dan akhirnya dia sendirilah yang menanggung akibatnya. Dia kehilangan kepercayaan yang sudah diberikan oleh orang lain. Akhirnya orang lainpun akan takut mempercayainya.

Semoga cerita ini bisa kita jadikan pelajaran, bahwasannya betapa berharganya sebuah kejujuran dan kepercayaan yang diberikan orang lain. Walaupun berat, sudah semestinya kita menjaga kepercayaan yang diberikan kepada kita.

Kebohongan dan keserakahan bisa menyelamatkan kita. Tetapi hanya sementara.
Dan selanjutnya akan menghancurkan kita untuk selamanya.
Naudubilahimindzalik.
Sundul

Artikel Terkait



Comments
0 Comments

0 komentar: