Wani Silit Wedi Rai

Wani Silit Wedi Rai
Ungkapan Bahasa Jawa "Wani Silit Wedi Rai" ini kalau diartikan secara harafiah berarti berani kepada Dubur (silit) dan takut kepada Muka (Rai). Tetapi ungkapan itu kalau di maknai secara lugas adalah berani saat dibelakang dan takut saat sedang berhadapan.
Orang yang dikatakan wani silit wedi rai pada dasarnya adalah seseorang yang mempunyai jiwa pengecut, takut saat sedang berhadapan dan beraninya ngomong di belakang. Misalnya saja saat seseorang tersebut mempunyai masalah dengan orang lain,  dia suka mengatakan hal yang macem-macem tentang orang lain tersebut ketika orangnya tidak ada. Tetapi kalau orang lain itu ada, dia tidak berani bicara apa apa.

Dalam pergaulan di sekitar kita pastinya sering menjumpai hal semacam itu. Banyak orang yang besar mulud, sok pintar, sok benar, sok jagoan, suka berkomentar tentang hal yang sebenarnya tidak dia pahami bagaikan deplomat ulung yang sedang presentasi apabila berhadapan dengan orang yang menurutnya berada di bawahnya. Tetapi apabila saat berhadapan dengan orang yang sekiranya bisa membantah segala ucapannya, dia lebih memilih bersembunyi dan diam seribu bahasa.

Orang yang suka melakukan tindakan seperti itu biasanya mempunyai tujuan  untuk menutupi segala kekurangan yang dimilikinya, sehingga orang lain tetap mau menghargai dirinya. Dan sering kali yang dikatakan berupa suatu gosip dan cenderung mengarah pada fitnah. Padahal pada akhirnya justru hal seperti itu akan menjadikannya lebih terpuruk lagi dan semakin kehilangan kepercayaan dari orang lain seiring kebenaran sesungguhnya yang semakin terungkap.
Sebenarnya orang seperti itu sudah tahu akan dampak yang ditimbulkan dari semua ocehan dan omongannya tersebut. Tetapi mereka tidak mempedulikannya karena hanya mengejar kepentingan yang sesaat itu juga.

Wani silit wedi rai sepertinya sudah menjangkiti masyarakat bagaikan virus penyakit yang sangat mematikan. Keberadaannya terus menyebar luas ke setiap sudut relung hati manusia dan sulit untuk ditanggulangi. Mengedepankan kepentingan sesaat sudah begitu membudaya di masyarakat. Gosip dan fitnah terus mengalir deras bagaikan air bah yang menerjang dan menporak porandakan kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat bagaikan terbelenggu jiwanya untuk bisa menjadi pribadi yang apa adanya. Yang sering muncul adalah bukan dirinya yang sesungguhnya, tetapi keinginannya yang sudah ditunggangi oleh berbagai ambisi dan kepentingan. Sehingga kehidupan masyarakat menjadi terkotak-kotak sesuai dengan berbagai kepentingan yang dikejarnya.

Haruskah kita menjadi pribadi pengecut yang wani silit wedi rai ?
Jawabannya ada pada tindak tanduk dan tingkah laku serta kelakuan kita dalam kehidupan sehari hari.

Semoga bermanfaat.

Sundul

Artikel Terkait



Comments
0 Comments

0 komentar: