Mikul Duwor Mendem Jero Maring Wong Tuwo

Mikul Duwor Mendem Jero Maring Wong Tuwo
Ada pitutur jawa atau filosofi jawa yang adiluhung yang sangat dikenal oleh masyarakat Jawa yang berbunyi Mikul Duwor Mendem Jero yang harus dilakukan seorang anak kepada orang tuanya atau wong tuwo. Pitutur ini begitu mudah di ingat atau di ucapkan. Tetapi dalam kenyataannya banyak dari generasi muda yang kurang begitu faham akan maksud yang terkandung dalam kata mikul dhuwur mendhem jero ini.

Memang sulit untuk mengartikan apa yang dimaksud dengan mikul dhuwur mendhem jeri tersebut. Tetapi disini aku akan mencoba mengartikan sesuai dengan kemampuan berfikir yang aku miliki.
Kalau diartikan secara harfiah, kata mikul duwor mendem jero adalah memikul dengan setinggi tinggnya dan mengubur dengan sedalam dalamnya. Semua itu bisa dilakukan kalau orang tua kita sudah meninggal. Tetapi menurut aku pribadi, kata Mikul Dhuwur Mendhen Jero artinya tidak sesederhana itu. Tetapi ada makna lain yang tersembunyi dibalik kesederhanaan kata itu. Dan maksud pitutur itu tidak hanya dilakukan setelah orang tua kita meninggal, tetapi saat beliau masih hiduppun kita bisa melakukan nya.

Mikul Dhuwur
Mikul duwor yaitu mengangkat yang lebih tinggi.
Kata itu bisa diartikan bahwasannya kita sebagai anak harus bisa membahagiakan orang tua kita. Membahagiakan orang tua tidak harus berupa pemberian harta benda semata. Tetapi kita harus bisa menghargai, menghormati orang tua kita biar di hari tuanya bisa hidup dengan tenang, bahagia dan merasa bangga dengan kita sebagai anaknya. Salah satu kebahagiaan orang tua adalah apabila melihat anak anaknya hidup rukun, baik budi pekertinya, dan masih berpegang teguh pada ajaran ajaran agama dan bermasyarakat. Anak yang bisa berguna bagi orang lain merupakan dambaan bagi para orang tua.

Seorang anak yang senantiasa meresahkan orang tuanya, berani kepada orang tua, bersikap kasar dan tidak mau menghormati dan menghargai orang tuanya, tidak bisa dikatakan bahwa anak tersebut bisa mikul dhuwur maring wong tuwane dewe.

Mendhen Jero
Mendem jero yaitu mengubur yang lebih dalam biar tidak terciun baunya.
Kita sebagai seorang anak harus bisa menjaga nama baik orang tua, menutupi segala kekurangan orang tua. Menjaga nama baik orang tua itu juga bisa kita lakukan dengan cara tidak melakukan hal hal yang bisa mencoreng muka atau harga diri orang tua. "Anak polah bopo kepradah". Apa yang kita lakukan bisa berdampak pada nama baik dan harga diri orang tua. Bila yang kita lakukan baik sudah pasti nama orang tua juga ikutan baik. Tetapi juga sebaliknya, apabila kita melakukan hal yang tidak baik di masyarakat sudah pasti nama orang tua akan terbawa bawa juga.
Pada intinya Mendhem Jero maring wong tuwo adalah bagaimana kita sebisa mungkin menjaga nama baik dan harga diri orang tua kita pada saat beliau masih hidup atau sudah meninggal.


Pada masa sekarang ini banyak anak anak yang melupakan filsafat jawa yang begitu adiluhung ini.Berani kepada orang tua, tidak menghargai dan menghormati orang tuanya, durhaka kepada orang tua,bangga dengan dosa dosa yang dia lakukan dan tindakan tindakan lainnya yang bisa menyusahkan dan memberi rasa malu yang teramat sangat kepada orang tuanya.

Sebagai seorang anak mari kita berusaha sesuai kemampuan kita untuk membahagiakan orang tua kita masing masing dan tetap menjaga harga diri orang tua kita dengan tidak melakukan hal hal yang bisa mencoreng muka dan nama baik orang tua kita disaat beliau masih hidup ataupun sudah meninggal.
Kita harus senantuasa berusaha mikul dhuwur mendhem jero maring wong tuwo kita masing masing.

Sundul

Artikel Terkait



Comments
3 Comments

3 komentar:

BlogS of Hariyanto said...

orang tua dulu sangat pandai mengolah kata menjadi filosofi yang sarat makna dan tetap terpakai hingga saman sekarang :-)

Djangkaru Bumi said...

Menjaga nama baik dan sayang/hormat kepada orang tua adalah kewajiban dan kepatuahan ya gan ?

cak oni said...

waduh adat jawa ya akng , kayaknya sama intinya sama adat madura ,