Sepi Ing Pamprih Rame Ing Gawe Nrimo Ing Pandum

Sepi Ing Pamprih Rame Ing Gawe Nrimo Ing Pandum
Sepi Ing Pamprih, Rame Ing Gawe, Nrimo Ing Pandum?
Nasehat leluhur yang Adiluhung dari Tanah Jawa ini sepertinya sudah dilupakan atau mulai ditinggalkan oleh orang Jawa sendiri. Nasehat yang mempunyai maksud "Tidak mengharap pamprih, giat bekerja dan berusaha serta ikhlas menerima apapun hasilnya" sebenarnya sangat bernilai tinggi maknanya dan bisa dijadikan suatu gaman atau pedoman dalam mengarungi kehidupan ini untuk lebih bisa bersabar dan bertawakal kepada Alloh Pencipta Alam Semesta ini.

Tetapi kenyataannya masyarakat Jawa sendiri khususnya para generasi muda sekarang sudah enggan untuk mempelajari lebih dalam nasehat ini. Bahkan sudah banyak yang sengaja membalikkan kata dan nasehat tersebut dalam perjuangannya. Sering orang sengaja merubahnya menjadi "Sepi Ing Gawe, Rame Ing Pamprih". Apapun yang dia kerjakan sepertinya diharuskan untuk mendapatkan hasil yang sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadi walau apa yang dilakukannya belum seberapa. Kerja baru sedikit tetapi maunya kelihatan, biar banyak orang memujinya dan menghargainya dan pada akhirnya bisa mendapatkan hasil yang maksimal, walau entah dari mana asalnya dan tidak mempedulikan haram halalnya, walau kadang harus mengorbankan teman dan kerabatnya.

Mungkin di sekitar anda, orang yang model seperti itu sudah banyak. Dalam suatu kegiatan apapun misalnya kegiatan sosial, pada awalnya mereka berteriak lantang tentang berjuang, demi orang banyak, demi masyarakat, dan sebagainya. Dan pada akhirnya tetap mengharapkan suatu balasan yang banyak untuk kepentingan pribadinya dan bahkan lebih banyak dari yang seharusnya dia dapatkan dari nilai kerja mereka.

Sebagai orang yang berKetuhanan, kalau ingin berjuang kita seharusnya tidak meninggalkan nasehat  Sepi Ing Pamprih Rame Ing Gawe Nrimo Ing Pandum ini. Kita seharusnya harus mendahulukan kewajiban kita untuk melakukan amal perbuatan dan kebaikan sebisa kita mampu tanpa ada target hasil (upah) dengan nominal yang kita tentukan sendiri di atas kewajaran. Biarkan orang lain yang menilai kerja dan perjuangan kita serta menerima apapun dan berapapun hasil yang kita dapat. Kita harus Nrimo ing pandum dalam artian Ikhlas menerima hasil perjuangan kita.

Kita manusia sudah pasti tidak akan bisa menilai kebaikan dan kelebihan kita sendiri. Sudah pasti orang lain lah yang lebih bisa menilainya. Kalau kita sampai menilai dan menghargai diri sendiri biasanya hanya yang baik baik saja yang kelihatan. Sedangkan kekurangan dan keburukan diri sendiri tidak terdeteksi sama sekali. Dan pada akhirnya kita akan terjerumus ke lubang kesombongan. Apapun yang kita lakukan dianggap paling baik dan benar serta kerja orang lain dianggap remeh dan tidak  bermanfaat.

Kita hanya diwajibkan berusaha, Tentang hasilnya kita kembalikan saja kepada Alloh. Nrimo ing pandum, berusaha ikhlas menerima  apapun hasil dari apa yang kita lakukan, InsyaAlloh akan membawa kita ke tingkat kesabaran dan keikhlasan yang lebih baik lagi. Kalau kenyataannya apa yang kita terima tidak sesuai dan cenderung lebih sedikit dibandingkan kerja dan tindakan kita, kembalikan saja kepada Pencipta Jagad Raya ini. Bukankah Alloh Maha Adil, Maha Kaya dan memiliki segalanya. Bila Alloh menghendaki pastilah akan ada gantinya dari jalan yang tidak kita sangka dan kita duga.

Aamiin.

Sundul

Artikel Terkait



Comments
0 Comments

0 komentar: