Legenda Mojo Lambe Desa Krajan Magetan


Kisah ini dimulai setelah perang besar di Kerajaan Mataram.
Setelah perang besar di kerajaan mataram, salah satu senopati perang meninggalkan Mataram dan pergi ke timur Gunung lawu untuk mencari pemukiman baru. Dia memasuki daerah yang berada di wilayah Kabupaten Sumoroto. 
Dalam pelariannya senopati perang tersebut mencari kerabatnya yang berada di sekitar Gunung Bancak. Di tengah perjalanan, senopati tersebut menghampiri seorang pencari rumput untuk menanyakan keberadaan kerabatnya tersebut.
Dengan baik baik dia menanyakan keberadaan kerabatnya yang dia cari. Mungkin karena penampilannya yang seadanya karena dalam pelarian perang, pencari rumput tersebut menjawab dengan seenaknya seakan acuh takacuh tidak mempedulikan senopati perang tersebut. 
Karena merasa disepelekan dan tidak dipedulikan dan dalam situasi yang masih kalut karena peperangan,  maka kemarahanpun tidak bisa dikendalikan lagi. Di hajarnya si pencari rumput tersebut. Karena si pencari rumput terus mengoceh dengan kata kata sembarangan, maka dipotonglah bibir ( lambe ) si pencari rumput tersebut dan potongan bibirnya di tancapkan di sebuah duru dari pohon mojo.
Seperti cerita ketoprak  Sang Senopati pun berkata : Mbesuk nek wis rejane jaman, daerah iki tak jenengake Mojo Lambe ( Besuk lakau jaman sudah maju, tempat ini aku beri nama Mojo Lambe ).
Karena kisah tersebut, sampai sekarang daerah itu disebut Mojo Lambe.

Catatan : Daerah Mojo Lambe berada di perbatasan antara Desa Krajan dan Jokerto  yang berada di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. Kalau anda dalam perjalanan Parang - Magetan, di perbatasan Desa Krajan dan Joketro ada sebuah puntukan kecil dan ada tugu perbatasan, itulah daerah yang disebut Mojo Lambe.
Cerita Orang Tua dahulu. Beliau ( Senopati Perang tersebut ) merupakan cikal bakal dari keberadaan pemerintahan Desa Sundul. Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan yang waktu itu masih dalam wilayah Kabupaten Sumoroto ( Sekarang Ponorogo ). Baca cerita tentang Babat Desa Sundul.

Inilah sekelumit kisah dari orang tua dahulu. Semoga bisa menambah wawasan kita semua. Bila kurang enaknya cerita ini aku sebagai penulis cerita ini mohon maaf yang sebesar besarnya. Karena aku sendiri tidak pandai menulis cerita.

Salam Blogger dari Magetan

Artikel Terkait



Comments
0 Comments

0 komentar: