Sifat serakah adalah sifat seseorang yang selalu merasa berkurangan padahal nyatanya sudah berkelebihan, biasa disebut dengan istilah tamak.
Orang serakah biasanya menginginkan agar dirinya memiliki sesuatu
paling banyak. Keinginannya itu tidak pernah berhenti. Apa yang sudah
dimiliki, sekalipun sudah terlalu banyak, masih selalu dirasa kurang,
dan karena itu masih ingin berusaha menambahnya.
Sebenarnya itu sah sah saja selama masih dalam mencari kekayaan di lakukan dengan jalan yang baik dan benar dan tidak bertentangan dengan agama.
Bicara tentang keserakahan manusia sepertinya tidak ada habisnya, dan jalan yang berbeda beda. Ada yang serakah soal harta warisan, menggeser patok batas tanah, memakan hak orang lain, dan masih banyak lagi.
Mungkin manusia sudah ditakdirkan akan selalu didampingi dengan satu sifat yang disebut serakah tersebut.
Orang serakah atau tamak membahayakan orang lain. Negeri yang kaya
sumber alam sekalipun, seperti negeri kita ini, ternyata rakyatnya
masih banyak yang miskin, hanya karena disebabkan oleh banyaknya
orang serakah atau tamak itu. Mereka terlalu mencintai harta, dan
selalu berusaha memenuhi keinginannya, tanpa peduli dengan sesamanya
yang miskin.
Tetapi kita sebagai manusia yang beragama haruslah yakin seyakin yakinnya bahwasannya keserakahan akan menghantarkan kita ke jurang kenistaan. Tidak hanya di dunia ini, tetapi yang sangat berat yaitu kehinaan kelak di akhirat di hadapan Allah SWT.
Kalau kita mau berkaca dari kehidupan di sekitar kita saja, bagaimana orang yang serakah kehidupannya akan semakin sempit, orang orang dekat mereka semakin menjauh, tidak ada kehormatan sama sekali di lingkungannya, dan sebagainya. Itu baru secuil dari kehidupannya di dunia. Bahkan waktu mati pun juga sangat merepotkan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Dan yang yang bisa menjadikan namanya semakin hina di masyarakat sekitarnya apabila sampai bumi-pun enggan menerima jasadnya. Pernah dengar kan kisah yang menceritakan bagaimana tanah kuburan enggan menerima jasad orang yang meninggal dunia. Cerita seperti itu sangat banyak sekali.
Untuk lebih jelasnya simak sedikit cerita di bawah ini :
Ada seseorang yang meninggal dunia. Sebagian warga masyarakat seperti biasa menyiapkan liang kuburnya. Biasanya dari rumah duka sudah di siapkan ukuran berapa panjang liang yang harus di buat sesuai dengan ukuran jenazah. Kadang menyiapkan liang kubur terasa sangat berat. setelah siap janezah di antar ke makam dan siap di masukkan ke liang kuburnya. Ternyata liang kubur masih kurang panjang dan kurang lebar. Jenazah di angkat lagi dan liang di perpanjang lagi dan dilebarkan lagi. Mayat dicoba di masukkan lagi. Ternyata masih kurang panjang lagi.
Seperti itulah contoh dari bumi yang enggan menerima jasad manusia. Biasanya kalau ada kejadian seperti itu, mayat di letakkan di liang di tekuk dan di injak sampai masuk ke liang.
Banyak cerita seperti kejadian di atas. Tertunya hal seperti itu akan menjadi buah bibir masyarakat sekitar.
Seharusnya kalau manusia yang sudah mati yang di harapkan adalah doa dan kata maaf dari yang masih hidup. tetapi yang didapatkan adalah omongan dan makian. Masih hidup menyusahkan orang, sudah matipun merepotkan lingkungan.
Naudzubillahimindalik.
Semoga cerita ini bisa menjadi kajian dan pelajaran bagi kita semua. Allah menjadikan kematian seseorang menjadi nasehat dan peringatan bagi yang masih hidup. Mari kira berusaha selalu menjaga kerukunan antar sesama manusia.
Wallahu a'lam.
Semoga bermanfaat.