Pendiri WikiLeaks, Julian Assange, membuat marah pemerintah AS sekaligus musuh bersama bagi negara sekutu. Akibat pembocoran dokumen kejahatan perang AS di situsnya, kini pria berambut putih itu harus siap menghadapi kemungkinan diburu aparat.
Beberapa hari setelah sejumlah dokumen berisi nama-nama informan perang Afghanistan muncul di situs WikiLeaks, kontroversi menyeruak. Departemen Pertahanan Amerika mengatakan, pembocoran dokumen rahasia militer tersebut sangat mungkin menelan banyak korban jiwa dan merusak hubungan dengan para sekutu.
Departemen yang dipimpin Robert Gates itu menegaskan bahwa pembocoran tersebut berbahaya bagi warga Afghanistan yang selama ini telah membantu operasi AS. Selain itu, dikhawatirkan timbul ketidakpercayaan dari negara-negara sekutu bahwa AS tidak mampu menjaga kerahasiaan dokumen negara. Untuk itu, Dephan AS menyatakan, WikiLeaks harus bertanggung jawab atas kematian para korban.
Mendengar peringatan dan ancaman pemerintah itu, Assange tak gentar. Pria 39 tahun tersebut menyatakan akan tetap melansir secara berkala dokumen-dokumen rahasia perang Afghanistan. Dia juga menolak menyebutkan sumber pertama yang memnocorkan dokumen itu padanya.
“Kami punya berkas-berkas yang menjadi keprihatinan setiap negara di dunia. Ribuan database dan berkas tentang berbagai negara,” katanya. Dia juga menyatakan memiliki data semua negara yang berpenduduk di atas satu jiwa jiwa.
Keteguhan Assange terlihat saat dia mengadakan jumpa pers di London, Senin (26/7). Dia menegaskan bahwa WikiLeaks masih akan terus membocorkan data-data rahasia. Tidak tanggung-tanggung, dia mengaku masih mempunyai 15 ribu dokumen rahasia lagi yang siap diunggah ke situsnya dalam waktu dekat.
Dalam kesempatan tersebut, Assange menyatakan tidak takut diburu aparat karena tindakannya itu. Ketakutannya hanyalah jika dia tidak dapat memberitahukan material yang diperolehnya tersebut kepada publik.
“Dari pengalaman kami, keberanian seperti itu akan menular,” kata Assange, yang menyandang gelar PhD (doktor) bidang fisika. Dia mengatakan, ada satu hal yang dia khawatirkan. “Kami justru khawatir tidak bisa menegakkan keadilan dengan materi-materi yang telah ada pada kami ini,” tegasnya.
WikiLeaks mulai merilis informasi sensitif di dunia maya pada 2006. Saat itu, Assange membuat website dari sebuah rumah di dekat University of Melbourne. Sejak itu, dia merilis berbagai dokumen, seperti kawat Kedutaan AS, Church of Scientology, dan lain-lain. Berbagai material tertulus dan video pun diunggah.
WikiLeaks dan Assange mulai menarik perhatian AS saat memublikasikan rekaman video kokpit helikopter Apache yang menunjukkan sekelompok pria ditembak mati di Baghdad oleh pasukan Angkatan Udara AS. Video itu diberi judul Collateral Murder.
Julian Assange adalah pria kelahiran Townsville, Queensland, Australia, pada 1971. Sosoknya memang misterius. Menurut The New Yorker, awalnya dia tidak menyebutkan secara tegas usianya. Julian hanya menyebut bahwa dirinya lahir pada 1970-an.
Karena mempunyai banyak musuh, dia tinggal berpindah-pindah. Mulai Australia, Kenya, Tanzania, Vietnam, Swedia, Islandia, Siberia, Belgia, hingga AS. Saat ini, mantan wartawan tersebut harus menghindari AS karena merasa tidak aman berada di sana.
WikiLeaks tidak memiliki kantor dan alamat tetap. Menurut Associated Press, ke mana pun Assange pergi, mantan hacker itu selalu membawa laptop dan ransel. Bahkan, karena begitu mobile-nya, Assange mengaku tinggal di bandara.
Karena kreativitasnya tersebut, Assange beberapa kali menerima penghargaan dari organisasi internasional.