Cerita nyata yang lucu. Cerita seperti ini pasti sangat jarang terjadi, atau mungkin saja satu satunya yang pernah terjadi, yaitu memukuli atau menghajar seseorang dengan bekal surat pengantar bermaterai dari orang tua yang dipukuli. Kisah ini dialami sendiri oleh salah satu saudaraku, sebut saja namanya "Teyek" (Bukan nama sebenarnya)
Langsung saja ceritanya kita mulai.
Di sebuah desa yang tidak perlu disebutkan namanya, ada seorang pemuda sebut saja namanya Bendol yang sangat nakal dan sering membuat kerusuhan dan onar. Sifat sok jagonya sudah terkenal di mana mana. Bahkan orang tuanya sendiri sudah jengkel setengah mati dengan kelakuan anaknya.
Cerita ini bermula dari suatu hari di Pasar Baru Magetan. Di sebuah warung Teyek bersama temannya sebut saja "Telo" dengan santai menikmati secangkir kopi dengan sebatang rokok. Tidak berapa lama datanglah Bendol yang sudah dikenalnya.
"Mas minta rokoknya dong" sapa Bendol
" Itu ambil sendiri " jawab Teyek sambil menunjuk sebungkus rokok di hadapannya.
Setelah mengambil sebatang rokok, Bendol bukannya mengembalikan sisa rokok yang ada, tetapi dia malah membawa lari sebungkus rokok tersebut beserta sisa rokok yang ada di dalamnya.
Telo yang karakternya keras dan super nekat mencoba mengejar dan berencana untuk menghajarnya. Beruntung Teyek mampu mencegahnya dan membiarkan si Bendol pergi. Tetapi kejadian itu sangat membekas di benak Telo yang merasa sangat disepelekan dan dihinakan.
Di hari hari berikutnya Telo sering mencari si Bendol kesana kemari dan ingin dihajarnya. Pernah sampai Telo mengamuk di Pasar Sayur Magetan karena tidak bisa menemukan keberadaan Bendol. Teman temannya sempat merasa kawatir kalau semuanya itu akan membuat mereka berurusan dengan Kepolisian.
Lalu teman temannya menyarankan untuk mencari cara yang lebih aman untuk bisa menghajar si Bendol.
Teyek dan Telo pun berpikir keras untuk mendapatkan cara yang lebih aman untuk bisa menghajar si Bendol. Teyek yang karakternya sedikit aneh, mendapatkan ide yang aneh pula.
Teyek dan Telo dengan berbekal selembar kertas surat dan materei mendatangi rumahnya Bendol dan menemui orang tuanya. Mereka meminta ijin kepada orang tua tersebut untuk menghajar Bendol yang dianggap telah menginjak injak harga dirinya. Tanpa diduga orang tua Bendol yang memang sudah muak dengan kelakuan anaknya mengiyakan niat Teyek dan Telo dengan syarat asal tidak dibunuhnya.
Dengan disaksikan ketua RT setempat mereka menulis surat pernyataan dari orang tua Bendol yang dilengkapi dengan materei atas pemberian ijin untuk menghajar anaknya. Setelah surat pernyataan ditanda tangani oleh orang tua Bendol dan Ketua RT, merekapun bergegas mencari Bendol.
Tidak jauh dari rumah rumah tersebut, mereka menemukan Bendol sedang asyik nongkrong di pinggir jalan. Tanpa menunggu lama, Telo langsung turun dari motor dan menghampir Bendol, memegang rambutnya dan menyeretnya ke tempat lapang dan kemudian menghajarnya. Di saat Telo menghajar Bendol, Teyek menunjukkan surat kuasa atas ijin dari orang tua Bendol untuk restu menghajar dia. Masyarakat sekitar yang sudah hapal dengan kelakuan Bendol tidak melerai, malahan menonton kejadian itu. Seperti pertunjukan drama, kejadian tersebut menjadi tontonan orang banyak.
Pukulan dan tendangan yang bertubi tubi menjadikan Bendol tersungkur dan tidak mampu berdiri. Tidak lama berselang, datang seorang teman Telo dan Teyek yang tanpa mengetahui masalahnya ikut ikutan menendang dan memukul Bendol yang sudah penuh dengan lebam tersebut. Beberapa gigi Bendolpun tanggal dan patah.
Setelah merasa puas, Teyek dan Telo beserta temannya pergi begitu saja meninggalkan Bendol yang tergeletak tidak berdaya. Masyarakat sekitarpun enggan menolongnya dan membiarkan Bendol di situ sampai dia bisa bangun sendiri.
Cerita selesai.
Dari kisah nyata tersebut kita bisa mengambil pelajaran bahwasannya janganlah kita menentang dan melawan arus dari lingkungan kita. Atau suatu saat nanti anda akan sendiri.