Karena tidak adanya kejelasan penyakit yang diderita pasien dan pelayanan yang tidak memuaskan, maka keluarga memutuskan untuk pindah ke rumah sakit lain. Waktu meminta rujukan untuk dibawa ke rumah sakit lain (sebut saja rumah sakit B) jega dipersulit. Katanya cukup dirumah sakin ini saja. Dengan sedikit debat yang sedikit ribut akhirnya diberikan juga surat rujukan tapi dengan keterangan dipulangkan dengan paksa. Akhirnya yang sakit bisa juga di bawa ke rumah sakit B.
Setelah sampai di rumah sakit B, si pasien langsung disambut oleh para perawat dan ditempatkan di ruang perawatan walau si pasien belum didaftarkan. Hanya beberapa menit setelah masuk seorang dokter langsung memeriksa si pasien tersebut. Keluarganya juga menyerahkan sisa obat yang baru di tebusnya sewaktu di rumah sakit A tadi. Setelah dokter melihatnya dia bilang : obat apa ini, dari ketiga jenis obat yang ada yang bermanfaat hanya satu yaitu obat untuk kekebalan tubuh. Sedangkan yang dua jenis lainnya disuruh membuang ke tempat sampah karena tidak ada gunanya bagi si pasien. Keluarga pasien yang menyertai si sakit hanya bisa menghela nafas saja. Padalah harga obat itu sekali tebus harganya 400 an ribu.
Di rumah sakit B si pasien di fonis gejala hipatitis. Dan resep obatnya sekali tebus hanya 200 ribuan saja. Dokter di rumah sakit B selalu siap setiap saat dan sering mengontrol pasien. Pelayanannya sungguh sangat memuaskan. Setelah dirawat selama 3 hari, akhirnya si pasien diperbolehkan pulang dan disuruh banyak istirahat.
Dokter oh ... Dokter.
Uang 1 juta bagi anda mungkin tiada artinya. Tetapi bagi kami itu sangat berharga. Tolong dong kalau periksa pasien yang bener. Nyawa manusia jangan dibuat mainan. Kalau masih bodoh akan lebih baik kalau sekolah lagi. Jadikan pasien sebagai investasi amal ibadah anda, jangan jadikan pasien miskin sebagai ladang sumber keuangan anda.