Kisah Indah Umar Bin Khattab

Suatu malam di Kota Madinah

Masih seperti malam-malam sebelumnya, ia mengendap berjalan keluar dari rumahpetak sederhana. Masih seperti malam kemarin, ia sendirian menelusuri jalananyang sudah seperti nafasnya sendiri. Dengan udara padang pasir yang dingin tertiup, ia menyulamlangkah-langkah merambahi rumah-rumah yang penghuninya ditelan lelap. Tak inginmalam ini terlewati tanpa mengetahui bahwa mereka baik-baik saja. Sungguh takakan pernah rela ia harus berselimut dalam rumahnya tanpa kepastian di luar sana tak ada bala. Makaia bertekad malam ini untuk berpatroli lagi.

Madinah sudah tersusuri, malam sudah hampir di puncak. Angkasa bertabur kejora.Ia masih berjalan, meski lelah jelas terasa. Sesekali ia mendongak melabuhkanpandangan ke langit Madinah yang terlihat jelita. Maka ia pun tersenyum sepertiterhibur dan memuja pencipta. Tak terasa Madinah sudah ditinggalkan, iaberjalan sudah sampai di luar kota.Dan langkahnya terhenti ketika dilihatnya seorang lelaki yang tengah duduksendirian menghadap sebuah pelita.

"Assalamu'alaikum wahai fulan," ia menegur lelaki ini dengan santun.

"Apakah yang engkau lakukan malam-malam begini sendirian," tambahnya.Lelaki itu tidak jadi menjawab ketika didengarnya dari dalam tenda suaraperempuan yang memanggilnya dengan mengaduh. Dengan tersendat lelaki itumemberitahu bahwa istrinya akan melahirkan. Lelaki itu bingung karena di sana tak ada sanaksaudara yang dapat diminta pertolongannya.

Setengah berlari maka ia pun pergi, menuju rumah sederhananya yang masih sangatjauh. Ia menyeret kakinya yang sudah lelah karena telah mengelilingi Madinah.Ia terus saja berlari, meski kakinya merasakan dengan jelas batu-batu yangdipijaknya sepanjang jalan. Tentu saja karena alas kakinya telah tipis dandipenuhi lubang. Ia jadi teringat kembali sahabat-sahabatnya yang mengingatkanagar ia membeli sandal yang baru.

"Umm Kultsum, bangunlah, ada kebaikan yang bisa kau lakukan malamini," Ia membangunkan istrinya dengan nafas tersengal. Sosok perempuan itumenurut tanpa sepatah kata. Dan kini ia tak lagi sendiri berlari. Berdua merekamembelah malam. Allah menjadi saksi keduanya dan memberikan rahmah hinggadengan selamat mereka sampai di tenda lelaki yang istrinya akan melahirkan.

Umm Kultsum segera masuk dan membantu persalinan. Allah Maha Besar, suaratangis bayi singgah di telinga. Ibunya selamat. Lelaki itu bersujud menciumtanah dan kemudian menghampirinya sambil berkata, "Siapakah engkau, yangbegitu mulia menolong kami?"

Lelaki ini tidak perlu memberikan jawaban karena suara Ummi Kultsum saat itumemenuhi lengang udara, "Wahai Amirul Mukminin, ucapkan selamat kepadatuan rumah, telah lahir seorang anak laki-laki yang gagah."

*** Sahabat, betapa terpesona,mengenang kisah indah Khalifah Umar bin Khatab. Ia adalah seorang pemimpinnegara, tapi sejarah mengabadikan kesehariannya sebagai orang sederhana tanpaberlimpah harta. Ia adalah orang yang paling berkuasa, tapi lembaran kisahhidupnya begitu penuh kerja keras dalam mengayomi seluruh rakyatnya. Ia adalahorang nomor satu tapi siang dan malamnya jarang dilalui dengan pengawal. Iaseorang penyayang meski kepada seekor burung. Ia sanggup berlari tanpa hentidemi menolong seorang perempuan tak dikenal yang akan melahirkan. Dan iamelakukannya sendiri. Ia melakukannya sendiri.***

Artikel Terkait



Comments
0 Comments

0 komentar: